Jumat, 06 Mei 2011

Jangan Remehkan Tanaman Liar


Batu- Jangan remehkan tumbuhan liar yang ada di tepi sungai dan sawah. Jika jeli, bukan tidak mungkin tumbuhan itu berkhasiat sebagai obat. Contoh tanaman pinggiran yang berkhasiat ini adalah meniran, pegagan dan picekan (kitolot).
            Hal tersebut tergambar dalam pelatihan bertanam sayuran dan tanaman obat organic, di rumah baca Mejikuhibiniu, Minggu (27/2).
            Pelatihan yang mendatangkan narasumber Ketua Gapoktan Tunggak Semi Temas, Abdul Majid itu banyak membongkar khasiat tanaman obat itu.
            Majid menunjukan cara mengubah tanaman kitolot menjadi obat tetes mata untuk menjernihkan mata sekaligus mencegah serangan katarak.
            “Cukup diremas-remas dan diberi sedikit air. Air perasan daun kitolot langsung bisa diteteskan ke mata dengan menggunakan sedotan kecil yang biasa dipakai untuk minum air mineral,” jelas Majid.
            Peserta pelatihan, Ninik Iswahyuni mengaku senang karena mengetahui tanaman liar bisa menjadi obat. “Sehat ternyata tidak harus membeli obat yang mahal,” tegasnya. cah

Mejiku Rumah Baca Warga Batu


Batu – Sukses menjalankan program Ibu Online, Lembaga Kajian Konservasi Lingkungan (LK2L) Kota Batu mendirikan rumah baca Mejikuhibiniu di Jl Mawar Putih IV No 5, Dusun Sukorembuk, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
            Berbagai buku anak hingga berbagai buku kuno langka baik terbitan Indonesia maupun asing ada di rumah baca ini. Diantara buku kuno itu adalah puluhan buku ensiklopedia terbitan Belanda bertahun 1915, buku sejarah Masjid buatan tahun 1923 dan lain sebagainya.
            Koordinator rumah baca Mejikuhibiniu, Ninik Iswahyuni, Jumat (18/2) mengungkapkan sebagian besar buku yang dikoleksi di rumah bacanya kebanyakan masih koleksi pribadi. Tidak menutup kemungkinan ke depan koleksi buku akan semakin komplet, sebab ada beberapa pihak yang kini sudah tertarik untuk memberi bantuan buku.
            Widia Wulandari siswa kelas III SDN Sidomulyo 03 yang sudah sering berkunjung ke rumah baca Mejikuhibiniu mengaku senang dengan adanya tempat itu. Sebab selain bisa belajar banyak dalam membaca buku koleksi disini, dia juga bisa memperdalam kemampuan bahasa Inggris karena pengurus taman baa ini kerap mengajarkan pelajaran bahasa Inggris. “Senang saja belajar di sini, jadi lebih banyak teman dan banyak pengetahuannya,” ujar Widia. Vie

Selasa, 03 Mei 2011

Batu Butuh Manajemen Pengelolaan Sampah

BATU: Kota Batu sebagai daerah tujuan wisata dinilai tidak memiliki manajemen pengelolaan sampah yang baik. Salah satu indikasinya adalah umur Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung Kecamatan Junrejo yang diprediksi tidak lebih dari 5 tahun.
Aktivis lingkungan yang juga pemerhati masalah sampah Kota Batu, A. Kadir, mengatakan kendati baru beberapa tahun beroperasi, namun TPA Tlekung diprediksi akan penuh pada 2016 mendatang.
“Penuhnya sampah di TPA Tlekung salah satunya disebabkan karena kesalahan sistem distribusi sampah serta penataan sampah di TPA yang buruk,” kata Kadir saat menjadi pembicara dalam diskusi tentang pengelolaan sampah di Rumah Baca Mejikuhibiniu Desa Sidomulyo Kecamatan Batu, Selasa (8/3).
Menurut dia, idealnya TPA Tlekung bisa digunakan dalam rentang waktu yang lebih lama, asal sistem distribusi sampah dan penataan sampah yang ada dilakukan secara benar.
Kalau TPA Tlekung penuh, ujarnya, Batu akan mengalami sebuah permasalahan sampah yang serius. Padahal sebagai kota tujuan wisata masalah kebersihan dan keindahan kota merupakan syarat mutlak.
“Kesalahan manajemen sampah terjadi karena belum ada konsep pengelolaan sampah yang baik di Kota Batu. Hingga saat ini masih bercampur antara sampah yang susah terurai dengan sampah yang mudah terurai.”
Hal itu, lanjutnya, menjadi penyebab utama lambatnya proses penghancuran sampah secara alami di TPA Tlekung. Kendati di TPA Tlekung saat ini sudah dilakukan pemilahan sampah yang melibatkan tak kurang 45 petugas.
Hanya saja, kondisi tersebut tidak banyak menolong pasalnya jumlah tenaga tersebut tidak sebanding dengan banyaknya sampah yang masuk dan terbuang.
“Selain itu dari sisi kesehatan ancaman keracunan kepada 45 petugas pemilah sampah tersebut juga cukup besar. Sementara rata-rata sampah yang dipilah adalah sampah yang sudah seminggu berada di TPA. Sehingga secara tidak langsung mereka rentan dari keracunan gas buangan sampah yakni gas metan.”
Harusnya, jelas dia, proses pemilahan sampah ini dilakukan di tingkatan bawah (sebelum masuk TPA) seperti kawasan pemukiman dan pasar sehingga tidak diperlukan lagi pemilahan saat di TPA. Kalau Pemkot Batu tidak segera melakukan perbaikan manajemen sampah, dikuatirkan Kadir, TPA Tlekung tidak akan lama lagi menjadi lautan sampah.
Kepala Bagian Humas dan Protokoler Pemkot Batu Robiq Yunianto mengatakan salah satu fokus perhatian Pemkot Batu adalah masalah penanganan sampah. Masalah sampah, tidak hanya dialami Kota Batu melainkan juga Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Karena itu, saat ini sedang digagas pemikiran membuat TPA bersama yang dikelola oleh tiga daerah di Malang Raya tersebut. Kerjasama tersebut akan difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).
“Diharapkan lewat jalinan komunikasi ini akan dibangun TPA bersama yang bisa menjadi solusi dalam menangani masalah sampah di Malang Raya. Dan besar kemungkinan lokasi yang dipilih berada di Kabupaten Malang,” tambah dia.(api)
AddThis Social Bookmark Button

TPA Tlekung 5 Tahun Penuh

BATU-Kendati baru beberapa tahun dioperasikan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung diprediksi akan penuh pada tahun 2016 atau lima tahun ke depan. Penuhnya sampah ini dikarenakan kesalahan sistem distribusi sampah serta penataan sampah di TPA.

Hal tersebut dikemukakan oleh Kadir, aktivis lingkungan yang juga pemerhati masalah sampah dalam sebuah diskusi di Rumah Baca Mejikuhibiniu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu.

Kadir perpendapat, semestinya TPA ini bisa digunakan lebih dari lima tahun, asal sistem distribusi sampah dan penataan sampah di TPA dilakukan dengan benar. “Kalau penataannya tetap seperti ini, saya prediksikan lima tahun lagi, TPA Tlekung akan penuh,” terang Kadir.

Jika TPA Tlekung penuh, Batu akan mengalami sebuah permasalahan sampah yang sangat berat. Padahal, sebagai kota wisata, kebersihan adalah syarat mutlak yang dibutuhkan.

Kesalahan manajemen sampah, terjadi karena belum ada konsep pengelolaan sampah yang baik di Kota Batu. Hingga saat ini, masih tercampur antara sampah yang susah terurai dengan sampah yang mudah terurai. (ba)