Sabtu, 06 April 2013

Heran Lihat Dolanan Tradisional

Dongeng dan dolanan tradisional seolah tergerus roda jaman. Tidak terdengar lagi suara-suara merdu orang tua menceritakan kisah penuh teladan, tidak terdengar lagi tawa kecil penuh keriangan, tidak lagi ada lagi gelak tawa penuh keakraban. Yang ada hanyalah sebuah tawa kecil didepan layar-layar kaca.
Liburan sekolah adalah sebuah momen menyenangkan bagi anak-anak untuk melepas rutinitas yang setiap hari mereka temui. Tentu semua orang tua berharap, anak-anaknya mendapatkan liburan yang berkesan dan berarti.
Di musim liburan penghujung tahun 2011 ini, Rumah Baca Mejikuhibiniu bekerjasama dengan Mahasiswa Universitas Terbuka Fisip Jurusan Perpustakaan, Pokjar Batu dan Batoe Pilem Maker ingin memberikan liburan yang indah dan berarti untuk anak-anak lewat sebuah dongeng dan dolanan akhir tahun.
”Sambil melestarikan budaya, kita ingin memberikan liburan yang seru, berkesan dan mendidik,” ujar Ninik Iswahyuni, Koordinator Rumah Baca Mejikuhibiniu. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Baca Mejikuhibiniu di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, kemarin (28/12).
Gelak tawa anak-anak yang penuh keceriaan memenuhi rumah baca Mejikuhibiniu. Sesekali suasana begitu hening mendengarkan dongeng utek-utek ugel yang begitu menegangkan, sesekali tawa keras terdengar mendengar cerita yang sangat lucu.
Keceriaan mereka semakin bertambah saat berbagai dolanan tradisional digelar, mulai dolanan warga glepung (tepung-red) yang penuh konsentrasi, hingga dolanan kelereng pindahan yang seru.
”Senang, soalnya begitu menantang dan penuh konsentrasi,” ujar Ibra, bocah kelas I SD yang ikut menjadi peserta. Berbagai dolanan lainnya, seperti main krempyeng (tutup botol yang terbuat dari seng) juga dilakukan.
Ternyata banyak peserta yang melongo saat diajak bermain. Contohnya saat mereka diajak bermain ketangkasan domikado. ”Banyak anak-anak yang melongo, kebingungan ini permainan apa, tapi begitu memainkannya mereka larut didalamnya,” kata Novi, salah satu fasilitator.
Dongeng dan dolanan akhir tahun dilanjutkan dengan pemutaran film lingkungan yang menceritakan perjalanan ozon. ”Dongeng dan Dolanan ini kita laksanakan selama dua hari dan terakhir besok (hari ini-red),” jelas Rere, koordinator fasilitator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar